Berikut beberapa makanan tradisional khas Pakpak Barat yang wajib kamu coba.
Pelleng
Pelleng merupakan salah satu makanan yang paling populer dari kota ini. Sebab, makanan ini kerap disajikan dalam berbagai acara adat, hingga pesta dan festival budaya.
Makanan ini terbuat dari bahan pokok beras yang dicampur dengan rempah-rempah seperti kunyit, bawang batak, jahe, cikala, santan, dan cabe merah atau hijau sebagai toppingnya.
Pelleng disajikan dengan lauk ayam kampung bakar yang telah dibumbui serta ditambah cabe rawit sehingga terasa pedas sebagai pelengkap
Pinahpah
Pinahpah merupakan salah satu makanan ringan khas Pakpak Bharat yang renyah dan manis. Jadi ini salah satu camilan yang tidak boleh kalian lewatkan jika berkunjung ke sini.
Pinahpah berbahan dasar padi muda atau biasa dikenal padi pulut. Bulir padi yang digunakan harus muda dan masih hijau lalu digongseng tanpa minyak dalam belanga dengan api yang berasal dari kayu bakar yang stabil. Setelah digongseng, pisahkan kulit padi menggunakan tampi dan tabur gula sebelum dihidangkan.
Jukut
Jukut dalam bahasa pakpak berarti 'daging', jadi jukut merupakan makanan khas Pakpak Baharat yang berbahan dasar daging. Daging yang digunakan berupa daging kerbau, lembu, ayam ataupun kambing.
Untuk memasak hidangan satu ini, daging terlebih dahulu dibersihkan lalu dimasak dan dibumbui rempah-rempah khas. Biasanya Jukut dijadikan hidangan saat pesta perkawinan maupun hari-hari besar seperti Natal, Idul Fitri dan Tahun Baru.
Pada perayaan ini, masyarakat Pakpak mengadakan tradisi 'merbinda', di mana hewan ternak dipotong lalu dibagikan kepada seluruh warga yang ikut serta membayar.
Ginaru
Hidangan ini merupakan salah satu makanan khas yang cukup unik dan sederhana, karena mudah dibuat. Ginaru belum ada dijual di warung maupun restaurant biasa, lantaran pembuatan kuliner khas ini termasuk sederhana dan tidak ribet.
Walaupun sederhana, tapi pengalaman mengonsumsi ginaru ini akan menjadi hal yang baru dan tidak biasa. Pasalnya, ginaru terbuat dari sisa beras dan memiliki sejarah yang panjang sehingga makanan ini tetap eksis di tengah-tengah masyarakat Pakpak Bharat.
Pada zaman dahulu, apabila ibu-ibu di Pakpak menampi beras menir, mereka akan menyisihkannya dan disimpan. Menir sendiri merupakan ujung beras yang merupakan patahan dari beras-beras yang sudah ditampi.
Lalu, ketika memasuki musim panceklik atau saat keadaan ekonomi sedang menurun, menir akan disimpan dan dimasak menggunakan bumbu dan rempah seperti asam cikala, dan andaliman hingga mirip seperti bubur. Selain itu, ginaru akan disajikan dengan lauk pelengkap seperti sayuran, petai maupun singkong.
0 Komentar