Bank Indonesia (BI) merupakan bank sentral yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenang yang bebas dari campur tangan pemerintah. Tahukah kamu, ternyata ada beberapa putra putri Batak yang pernah menjabat sebagai petinggi Bank Indonesia.
Siapakah mereka? Berikut sosok petinggi Bank Indonesia berdarah Batak yang memiliki segudang prestasi.
1. Arifin Mohamed Siregar
Arifin Mohamed Siregar lahir di Medan, 11 Februari 1934 dan merupakan tokoh politik Indonesia. Ia adalah mantan menteri dan pernah menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia ke-8.
Arifin dikenal sebagai penyelamat perekonomian Indonesia saat menjabat sebagai Direktur Bank Indonesia pada 1971. Ia menempuh pendidikan di Nederlandsche Economische Hogeschool, Rotterdam, Belanda pada 1953-1956, selanjutnya Ia menempuh Pendidikan Westfalische Wilhelms-Universitat Munster, Jerman Barat pada 1958, dan melanjutkan Pendidikan yang sama dengan gelar doktor pada 1960.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Arifin mulai berkarier dengan meneliti di Institut fur Industriewirtschaftliche Forschung, Westfalische Wilhelms-Universitat Munster, Jerman Barat pada 1960-1961 dan menjadi ekonom di United Nations Bureau of General Economic Research dan Policies di New York, Amerika Serikat pada 1961.
Dua tahun setelahnya, ia pernah menjabat sebagai Pendiri bagian ekonomi United Nations Economic and Social Office, Beirut, Lebanon pada 1963, Ekonom Departemen Asia IMF, Washington DC pada 1965, dan Wakil IMF di Laos sebagai Penasihat Keuangan/Moneter Pemerintah Laos pada 1969-1971.
Ditahun yang sama, ia juga menjabat sebagai Direktur Bank Indonesia, Gubernur IMF untuk Indonesia pada 1973-1983, dan Gubernur Bank Indonesia ke-8 pada 1983-1988 yang menggantikan Adrianus Mooy.
2. Aulia Pohan
Aulia Tantowi Pohan lahir di Palembang, 11 September 1945 dan merupakan mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia sekaligus besan dari Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Annisa Pohan adalah putrinya yang berprofesi sebagai artis tanah air, seperti Anggi Marito Simanjuntak dan Judika Sitohang, dan Lyodra Ginting. Annisa menikah dengan Agus Yudhoyono, yang merupakan putra Bapak SBY.
Aulia menyelesaikan pendidikan MA Ekonomi Studi Pembangunan di Boston University, USA dan mengikuti berbagai program pendidikan di luar negeri diantaranya Financial Programming Policy Course IMF, Washington, ADB Training on Monetary and Fiscal Policies, Tokyo dan Workshop in Harvard University.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia mulai berkarier menjadi pegawai Bank Indonesia di Urusan Pengawasan dan Pembinaan Bank-Bank pada 1971-1979. Selama 8 tahun ia berhasil menjabat sebagai staf Gubernur Bank Indonesia Urusan Ekonomi dan Statistik dan sebagai Associate Representative di kantor Perwakilan Bank Indonesia Tokyo.
Selain itu, Aulia juga sempat menjabat sebagai Kepala Urusan Penelitian dan Pengembangan Intern yang aktid mengajar di berbagai Universitas dan Lembaga. Sepak terjangnya du bidang ekonomi semakin bersinar usai berhasil menjabat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia pada 1999.
3. Anwar Nasution
Prof.Dr. Anwar Nasution lehir di Sipirok, Tapanuli selatan pada 5 Agustus 1942. Ia adalah seorang ahlu ekonomi Indonesia yang pernah menjabat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia.
Anwar merupakan alumni Universitas Indonesia jurusan Ekonomi tahun 1968. Selanjutnya, ia menempuh pendidikan dengan memperolwh gelar master di bidang Administrasi Publik dari The Kennedy School of Government, Harvard University, Amerika Serikat pada 1973.
Selain itu, ia melanjutkan studi dan mendapatkan gelar Ph.D bidang ekonomi di Universitas Tefts, Medford Massachussetts Serikat pada 1982. Ia mengawali keriernya sebagai asisten pengajar Professor Ali Wardhana pada 1973-1976 dnegan mata kuliah Uang dan Bank Lanjutan dan menjadi tenaga perbnatuan FE-UI di Departemen Keuangan periode 1968-1976. Ia berhasil menjabat sebagai Deputi Senior Bank Indonesia pada 1999-2004.
4. Darmin Nasution
Dr. Darmin Nasution, S.E lahir di Pasar Maga, Tapanuli, Sumatera Utara pada 21 Desember 1948. Ia mnejabat sebagai Gubernur Bank Indonesia periode 2010-2013. Ia merupakan alumni fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Setelah itu, ia melanjutkan studi S2 di Paris Sorbonne University dan kembali menempuh pendidikan S3 Paris Sorbonne University. Ia kemudia pulang ke Indonesia dan mulai berkarier di almamaternya dan sempat menjabat sebagai Dirut LPEM-FEUI, Asisten Menteri Industri dan Perdagangan, Asisten Menteri Koordinator Produksi dan Distribusi, dan Asisten Menteri Koordinator Pengawasan Pembangunan dan menjabat sebagai Pendayagunaan Aparatur Negara.
Kariernya semakin cemerlang dengan menjabat sebagai Direktur Jenderal (Dirjen) Lembaga Keuangan, Gubernur OPEC Fund untuk Indonesia dan menjabat sebagai Kepala Bapepam-LK. Selain itu, Darmin juga sempat menjabat sebagai Dirjen Pajak dengan masa jabatan 2006-2009 menggantikan jabatan Mochammad Tjiptardjo.
Darmin sempat menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia ke 14 periode 2010-2013 menggantikan jabatan Mirza Adityaswara. Dua tahun kemudan, ia berhasil menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pereknomian Indonesia ke-16 pada 2015-2019.
5. Miranda Goeltom
Prof. Dr. Miranda Swaray Goeltom S.E, MBA, lahir di Jakata (19 Juni 1949). Ia adalah seorang Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia dan guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Miranda merupakan alumni S1 Universitas Indonesia jurusan ekonomi. Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Boston jurusan ekonomi politik, dan menempuh pendidikan S3 di Universitas Boston jurusan ekonomi.
Setelah lulus, ia meniti karier di Indonesia dengan menjabat sebagai Koordinator dan staf pengajar kurus jangka pendek dan jangka panjnag di Program Perencanaan Nasional, Bappenas-FEUI sejak tahun 1975.
Selanjutnya, ia menjadi anggota tim teknis koordinasi dan monitoring APBN pada 1998. Ditahun yang sama, Miranda juga menjabat sebagai Presiden Komisaris PT. Bank UPPINDO dan Komisaris Utama PT. ASKRINDO sebagai wakil pemegang saham Bank Indonesia.
Itulah tadi beberapa tokoh Batak yang pernah menjabat sebagai petinggi Bank Indonesia. Wah, membanggakan sekali bukan?
0 Komentar