Suku Simalungun merupakan salah satu suku yang berada di Provinsi Sumatera Utara atau lebih dikenal dengan sebutan Sumut.
Menurut
sejarahnya, suku ini dibagi dalam beberapa kerajaan atau marga yaitu Damanaik,
Saragih, Sinaga dan Purba.
Kekayaan
dari suku Simalungun ini ternyata menjadi perhatian pemerintah pusat, sehingga
pada tanggal 22 Maret 2019 lalu, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
memasukan beberapa jenis tari tor-tor tradisional Simalungun ke dalam kekayaan
Nasional.
Pemberian
sertifikat ini merupakan apresiasi pemerintah pusat kepada para masyarakat yang
telah peduli dengan kekayaan seni dan budaya daerah warisan leluhur.
Apalagi,
budaya merupakan alat pengikat tali silaturahim bagi bangsa Indonesia yang
berbeda agama dan golongan.
Nah,
buat kamu yang ingin tahu tari tor-tor yang masuk ke dalam kekayaan alam, ikuti
penjelasan berikut!
1. Tor-Tor Martonun, Tor-Tor Sombah
Tari
tor-tor Martonun menceritakan sebuah proses pembuatan ulos dari awal mula
proses penanaman kapas hingga memintal benang yang dilakukan oleh para pria
Batak. Lalu, proses akhir yang akan dikerjakan oleh para wanita yaitu proses
tenun.
Kemudian,
ada juga yang namanya tari Tor-tor Sombah. Tor-tor ini menceritakan tentang
pernghormatan yang ditunjukan untuk menyambut para raja pada dahulu kala, dan
menyambut tamu beserta rombongannya. Tarian ini diiringi dengan gonrang atau
musik khas Simalungun.
2. Tor-Tor Haroan Bolon, Tor-Tor
Sitalasari, dan Tor-Tor Usihan Siritak Hotang
Tari
Tor-tor Haroan Bolon menceritakan tentang kerja sama yang terjadi di sebuah
ladang sawah. Aktivitas tersebut dimulai dari menanam bibit padi, menanam benih
padi, merawat padi, dan proses panen hingga proses memisahkan padi dari
gerabahnya atau menumbuk padi hingga berubah menjadi beras.
Kemudian,
ada juga Tari Tor-tor Sitalasari yang menceritakan tentang perempuan tanah
Simalungun yang menggunakan bahan alami untuk dijadikan perwatan kulit mereka.
Mereka menggunakan perawatan kulit yang berasal dari bahan-bahan alami yang
tubuh di tanah Simalungun.
Selanjutnya,
ada Tari Tor-tor Ushian Siritak Hotang yang menceritakan tentang kesulitan yang
dialami masyarakat Simalungun pada waktu dulu untuk mencari rotan. Pada waktu
itu, rotan merupakan salah satu mata pencaharian tetap di Simalungun.
3. Tor-Tor Usihan Bodat Haudanon,
Tor-Tor Usihan Makkail dan Tor-Tor Ilah Mardogei
Tarian
Tor-tor Usihan Bodat Haudanon menceritakan tentang monyet yang mencari makanan
ketika hujan datang.
Kemudian,
ada juga tarian Tor-tor Usihan Makkail yang menceritakan tentang memancing,
yang diiringi dengan musik khas tor-tor.
Selanjutnya,
tarian Tor-tor Ilah Mardogei yang menceritakan mengenai penggambaran masyarakat
Simalungun pada saat panen raya. Lagu dari tarian ini dinyayikan secara
langsung oleh para penarinya yang menandakan tempo dari gerakan tari tersebut.
4. Tari Huda-Huda, Tari Tor-Tor Dihar
dan Tari Taur Simbadar
Tari
Huda-Huda atau Tari Toping dalam Bahasa Simalungun merupakan pengambaran rasa
pelipur lara, yang ditarikan pada saat pemakaman seseorang. Tarian ini
bertujuan untuk menghibur keluarga yang sedang berduka dan para pelayatnya.
Kemudian,
ada tari Tor-tor Dihar yang memiliki fungsi untuk menyambut tamu-tamu dalam
upacara adat, atau acara adat Simalungun. Gerakan tari Tor-tor Dihar merupakan
gerakan tari yang diserap dari gerakan pencak silat.
Beberapa
tarian di atas merupakan tari trandisional Simalungun yang masuk ke dalam asset
nasional. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus kamu harus dapat
melestarikan budaya Simalungun, salah satunya adalah tari tradisional
Simalungun, yang harus kamu pelajari setiap detail gerak dan maknanya.
0 Komentar